Jumat, 16 Oktober 2009

Tentang Tata Ruang: Diskusi JICA & Tim Building Assesment

Banyaknya gedung-gedung bertingkat yang rubuh ketika gempa 30 September 2009 mendapat perhatian khusus dari pemerintah Jepang. Melalui lembaga kerja sama luar negerinya Japan Internasional Cooperation Agency (JICA), mereka menyempatkan hadir di posko assesmen bangunan Unand di jati, padang.

Dalam perbincangannya dengan ketua tim assesmen bangunan unand, Dr. Eng. Febrin Anas Ismail, pihak JICA memaparkan tentang perlunya konsep tata kota yang terarah. JICA yang diwakili oleh Mr. Shirakawa Kazushi menjekaskan bahwa kontrol tata ruang berperan penting dalam mereduksi kerugian akibat gempa.
Bercermin dari gempa 30 september di kota Padang, terbukti bahwa pengawasan tata ruang kota lemah. Kebanyakan bangunan yang rubuh adalah rumah toko (ruko). Salah satu penyebabnya pengelola gedung menyalahi fungi penggunaan gedung, ada beberapa ruko yang dijadikan sarana belajar-mengajar, layaknya sekolah. Padahal perhitungan perancanaan ruko sangat berbeda dengan sekolah.

Selain itu pengawasan renovasi bangunan juga perlu pengawasan yang ketat, terutama mengenai penambahan tingkat/lantai. Beberapa bangunan yang rubuh bahkan ada yang perencanaan awalnya hanya 2 lantai kemudian ditambah hingga menjadi 4 lantai. Hal ini menyebabkan pondasinya tidak kuat untuk menanggung beban.

Sebagai kesimpulan dari perbincangan tersebut, Mr. Shirakawa Kazushi menawarkan untuk mengadakan pelatihan tata kota untuk petugas pemerintah yang menangani masalah ini, terutama petugas lokal. Sebagai langkah nyata, mereka menawarkan untuk pegawai di daerah Pariaman. Pariaman dipilih karena kawasan ini terkena dampak kerusakan gempa yang paling luas di provinsi Sumatera Barat.

source : http://www.unand.ac.id/crisiscenter/?p=158#more-158

0 komentar:

Posting Komentar